Sunday 8 January 2012

Chapter Eleven


Ardi melirik jam dinding. Waktu sudah menunjukkan pukul 5 lewat 10. Sekarang waktunya pulang. Mandi dan makan malam, lalu menulis. Rutinitas itu sudah dijalaninya selama hampir dua puluh tahun. Kadang menuliskan hasil penelitiannya untuk dipublikasikan di media cetak, atau menyusun materi kuliah di fakultas kedokteran pada berbagai universitas yang membutuhkan ilmunya.  Hanya bedanya, dulu Edo selalu ada di dekatnya. Namun sekarang, karena konsekuensi atas kedewasaan Edo, ia harus melakukannya sendiri.

Beberapa saat yang lalu, seluruh asistennya sudah pamit karena akan mempersiapkan weekend dengan keluarganya masing-masing. Tinggal seorang penjaga yang masih setia menunggu, karena akan bertugas menutup semua pintu dan jendela gedung itu, dan memastikan semua peralatan di dalam lab aman hingga hari senin yang akan datang.
Ardi mengemasi seluruh pekerjaannya. Beberapa lembar berkas ditumpuknya secara serampangan dan dijejalkan ke dalam tas kerjanya. Namun, tiba-tiba matanya tertumbuk pada sebuah surat bersampul Organisasi Persatuan Ulama yang tadi diantarkan oleh penjaga tapi belum sempat dia baca.
Ardi sudah bisa menduga isi surat itu. Sejak dipublikasikan beberapa hari yang lalu, baik melalui seminar maupun melalui media cetak, gagasan rekayasa genetika terhadap manusia melalui inseminasi buatan telah berkembang menjadi issu yang hangat dan menimbulkan pro dan kontra. Pada umumnya masyarakat tidak terlalu sepakat dengan konsep itu. Ia jadi teringat dua puluh tahun lalu, ketika hasil percobaan kloningnya terhadap sebuah spesies hewan berhasil. Kecuali kepada Minarti istrinya, hasil penemuan itu disimpannya sendiri karena khawatir terjadinya cultural shock. Masyarakat belum siap menerima fakta ilmiah itu. Dan di negeri ini, pemahaman yang cenderung dogmatis telah menempatkan dalil-dalil agama sebagai tujuan. Bukan sebagai alat untuk mencapai kesalehan sosial.
Ardi punya seribu satu alasan pembenaran untuk menyembunyikan hasil penemuannya. Karena jangankan orang lain, istrinya sendiripun pada awalnya tidak mampu menyerap peristiwa itu sebagai kemajuan ilmiah yang perlu diapresiasi dan dimanfaatkan bagi kepentingan manusia.
Merekayasa gen manusia, sebuah lompatan sejarah dalam ilmu pengetahuan. Pembuahan tidak perlu lagi terjadi secara konvensional. Sepasang suami istri bisa hidup terpisah, diantarai jarak ratusan hingga ribuan kilo meter, tidak pernah bertemu hingga bertahun-tahun, tetapi mereka bisa tetap punya anak. Dan anak itu adalah anak mereka sendiri. Mereka cukup mengirimkan ‘sperma’ dan ‘ovum’nya kepada Ardi. Melalui sebuah prosedur pengawetan standar yang steril.
Sperma dan ovum itu akan dikawinkan oleh Ardi melalui in fitro fertilization. Setelah terjadi konsepsi yang berakibat pada terbentuknya zygote. Ardi akan melakukan intervensi terhadap kromosom dengan mengoreksi struktur DNA yang mengandung kode genetik. Ardi akan melakukan pemisahan untuk meminimalisir sifat-sifat negatif dari zygote tersebut sehingga nantinya berkembang menjadi embrio yang dapat menghasilkan individu yang unggul.
Proses analisis untuk mengenali kelemahan fisiologis pada struktur genetik dalam DNA yang tidak menguntungkan bagi individu baru telah dilakukan Ardi selama beberapa tahun belakangan ini. Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi dan  ilmu pengetahuan dalam bidang obstetri, kemampuan Ardi dalam proses analisis itu semakin mumpuni pula. Ardi bisa memutus rantai penyakit diabetes yang biasanya diwariskan oleh orang tua kepada anaknya. Ardi bisa menghilangkan kecenderungan terjadinya kebotakan dini, menderita penyakit jantung bawaan dan penyakit generatif lainnya. Ardi juga bisa menghindarkan anak dari tinggi badan yang kurang memadai. Apalagi jika hanya sekedar menentukan jenis kelamin.
Generasi muda yang unggul dengan kelebihan fisik yang terbebas dari berbagai penyakit keturunan dan penyakit bawaan, adalah jembatan bagi masa depan bangsa yang lebih cerah. Dalam lima puluh tahun ke depan, melalui ilmu yang diterapkan oleh Ardi, bangsa ini bisa melahirkan generasi emas yang unggul dan kompeten dalam berbagai bidang.
Ardi menghela napas panjang. Sekarang organisasi agama ikut terseret masuk dalam dunia ilmu pengetahuan. Melibatkan diri dan membuat fakta-fakta ilmiah menjadi sesuatu yang terbelit dogma halal dan haram. Sejauh ini, Imran tidak pernah merasa dirinya melakukan campur tangan terhadap kekuasaan Tuhan. Yang terjadi adalah ia menegaskan kebesaran Tuhan. Dengan ilmu yang dimilikinya, Ardi menghadirkan Tuhan dalam konteks yang memberikan kemaslahatan bagi manusia itu sendiri.
Ardi membuka sampul surat itu. Dibacanya sekilas dan dia mengerti, bahwa dia harus hadir dalam sebuah sesi dengar pendapat di hadapan sejumlah ulama untuk mempertanggung jawabkan hasil penemuannya.

No comments:

Post a Comment