Berita tentang perampokan terhadap Sufri
dengan cepat menyebar ke seluruh penjuru daerah. Bahkan melintas hingga ke
daerah tetangga dan ibukota provinsi. Banyak pihak menyampaikan pernyataan
simpati atas peristiwa yang menghebohkan itu.
Koresponden dan reporter berbagai media
massa, baik nasional, regional maupun lokal sibuk mengumpulkan informasi,
mewawancarai narasumber dan bertanya ke sana kemari agar bisa segera menyusun
berita untuk disampaikan kepada redaktur mereka agar esok pagi berita itu muncul
sebagai head line. Media elektronik
bahkan melakukan liputan langsung dari TKP, rumah sakit umum daerah dan dari kediaman
dinas Sufri.
Imran dan istrinya, Ketua DPRD beserta
ibu, Sekretaris Daerah serta sejumlah kepala perangkat daerah beserta istrinya
masing-masing sudah berdatangan ke rumah sakit untuk membezuk sekaligus mencari
tahu kondisi terakhir Sufri.
Peristiwa perampokan itu pertama kali dilaporkan
oleh seorang pria paruh baya bernama Beddu. Tadinya, ia juga mengikuti
pertemuan di Kantor Kecamatan dengan Sufri. Kebetulan ia menjabat sebagai kepala
dusun di salah satu desa di kecamatan itu. Usai acara, ia pulang ke rumahnya
yang tidak jauh dari Kantor Camat lalu pamit pada istrinya untuk menjenguk anak
mereka yang sekolah di kota.
Saat mengendarai sepeda motor dan
melewati jalan tempat terjadinya perampokan itulah ia mendapati wakil bupati,
ajudan dan sopirnya tergeletak di jalanan. Bersama mereka juga ada seorang pria
lainnya yang terduduk bersandar di salah satu roda mobil. Ia segera menghubungi
kepala desanya untuk melaporkan peristiwa itu. Kapolsek juga dia lapori.
Sebagai kepala dusun, ia memang sering berhubungan dengan polsek untuk
urusan-urusan keamanan warganya. Ia juga menghubungi kepala Puskesmas agar
datang memberikan pertolongan pertama.
Kepala Desa, Kapolsek dan Dokter tiba dalam
waktu yang hampir bersamaan. Mereka langsung memeriksa keadaan empat orang yang
terluka. Ternyata dua orang di ataranya, yaitu Sufri dan seorang pria bertopeng
yang badannya kekar berotot yang kondisinya sangat kritis. Sepintas lalu
keduanya bahkan sudah tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Ajudan wakil
bupati hanya mengalami luka ringan, karena sepertinya memang hanya dibuat tidak
berdaya. Sedangkan Barli, relatif tidak terluka, karena sebelum peristiwa itu
terjadi, ia sudah pingsan lebih dahulu, tapi dari mulutnya keluar cairan
seperti busa berwarna putih.
Dengan bantuan peralatan seadanya, dokter
puskesmas melakukan tindakan gawat darurat yang diperlukan agar Sufri, Barli dan
orang bertopeng itu bisa bertahan hingga tiba di rumah sakit umum daerah di
kota. Sebuah ambulance yang disiapkan oleh kepala Puskesmas meraung ketika
membawa tubuh keempat orang itu menuju Rumah Sakit Umum Daerah.
Tidak lama kemudian, tempat itu sudah
dipenuhi oleh warga yang ingin menyaksikan kejadian itu dari dekat. Untunglah Kapolsek
sudah memasang batas berupa garis polisi yang mengisolasi tempat itu dari gangguan
dan terobosan massa.
Laporan kejadian dari kapolsek ke
kapolres itu segera direspon. Kapolres memerintahkan agar seluruh akses keluar
daerah di semua jalan poros ditutup. Ia juga memerintahkan anggotanya untuk
mengawasi jalan-jalan keluar alternatif yang tersebar di beberapa kecamatan.
Kapolres lalu memerintahkan tim Buser
untuk melakukan penyisiran di sekitar lokasi kejadian untuk mencari kemungkinan
masih adanya pelaku di sekitar TKP. Sebuah tim lain yang dipimpin langsung oleh
Kasat Serse melakukan olah TKP. Mereka memeriksa jejak ban, jejak kaki, sidik
jari atau apapun yang tersisa dari TKP yang bisa memberikan petunjuk tentang
pelaku perampokan itu.
Sufri masih terbaring tidak sadarkan diri
di ruang tindakan IGD Rumah Sakit Umum Daerah. Sejumlah dokter dan perawat
berjuang menyelamatkan nyawanya. Namun sesudah semua upaya yang dilakukan,
mereka berkesimpulan bahwa Sufri harus dilarikan ke rumah sakit umum pusat di
Provinsi untuk mendapatkan perawatan yang lebih berkualitas.
“Tunggu sampai istrinya datang.” Kata
seorang dokter. “Kita membutuhkan tanda tangannya untuk persetujuan.”
“Tidak usah.” Kata Imran. “Saya yang
bertanggung jawab. Bawa saja sekarang. Setiap detik terlalu berharga untuk
disia-siakan” Katanya tegas.
Sebuah ambulance berukuran besar segera disiapkan
dan akan membawa Sufri menuju ke ibukota Provinsi. Ketika Naimah tiba dan
mencari suaminya, Imran dan Nurani memberikan penjelasan bahwa Sufri harus
segera dibawa ke Makassar tanpa menunggu persetujuannya karena kondisinya
sangat kritis. Setiap detik terlalu
berharga untuk disia-siakan. Apalagi jika hanya sekedar menunggu tanda
tangan. Nyawa Pak Wakil Bupati penting
untuk kita semua, kata Imran. Naimah hanya tertunduk sambil terus terisak,
ditemani dua orang anaknya. Nurani, Istri Imran terus menghiburnya. Kita akan segera menyusul ke Makassar,
katanya.
Mobil pribadi Imran digunakan untuk mengantar Naimah ke
Makassar ditemani oleh Nurani, Istri Imran. Sepanjang perjalanan Naimah dan
anak-anaknya tak pernah berhenti berdoa atas keselamatan suaminya. Mobil mewah
berkecepatan tinggi itu nyaris berhasil menyusul ambulance yang membawa Sufri.
Dalam waktu yang hampir bersamaan, mereka tiba di rumah sakit umum pusat dan
Sufri segera mendapatkan perawatan yang semestinya. Nyawa Sufri berhasil
diselamatkan. Naimah menangis karena bahagia.
No comments:
Post a Comment