Rumah di pinggiran kota itu mendadak
ramai. Puluhan orang polisi berpakaian lengkap meloncat dari sebuah mobil pick
up. Sebagian besar di antaranya langsung berlari dan menempatkan diri di sekeliling rumah, sementara
sebagian kecil lainnya merengsek masuk ke dalam rumah. Seorang pria yang berpakaian
preman, berdiri paling depan melambaikan selembar surat perintah penahanan
kepada tuan rumah.
Gemetar, lelaki paruh baya berkacamata
tebal itu melorot di tempat duduknya. Di dalam surat penahan itu tertulis
namanya sebagai: Tersangka tindak pidana percobaan pembunuhan. Ia diangkut
dengan tangan terborgol menuju ruang tahanan Polres. Meninggalkan istri dan
anak-anaknya yang menjerit pilu.
Di tahanan Polres, tiga orang temannya ternyata sudah lebih dahulumeringkuk di dalam ruang tahanan yang sempit itu. Seorang pria
berperawakan gemuk yang selama ini dia panggil boss juga sudah berada di
tempat itu.
Kelimanya berkumpul, terdiam menyaksikan
pintu berjeruji besi dikunci dari luar. Mareka hanya saling pandang dan mencoba mencari kekuatan dari rekan masing-masing.
Ibong dan rekan-rekannya ditangkap karena terdapat bukti permulaan yang cukup bahwa merekalah aktor
intelektual di balik usaha pembunuhan terhadap Sufri, Sang Wakil Bupati. Sedangkan si Boss, pria gendut yang selama ini menjabat sebagai Sekreataris Daerah adalah dalang atas semua kejadian itu.
TAMAT
No comments:
Post a Comment