Pria berperawakan tinggi dan berbadan kekar
itu memasuki toko swalayan, menuju ke tempat botol-botol minuman ringan yang
ditata rapi di rak bertingkat empat. Pesan singkat – dengan kode tertentu yang
sudah dihapalnya di luar kepala – yang diterimanya barusan dari sebuah nomor
telepon asing, menyebutkan bahwa target dan panjar upahnya ada pada bagian
bawah sebuah rak botol soft drink di
toko swalayan itu.
Diam-diam ia memuji ide kode tertentu itu
sebagai sesuatu yang sangat brillian. Orang itu tidak pernah menghubunginya
dengan nomor yang sama hingga dua kali. Tetapi kode tertentu berupa karakter
khusus menjadi ciri yang khas sekaligus sebagai bukti bahwa pesan itu berasal
dari orang yang tepat.
Pertama-tama, orang itu akan mengirimkan
sebuah pesan singkat tanpa isi, yang harus ia dengan sebuah kata sandi, bunyinya
hanya mereka berdua yang tahu. Jika ia sudah menjawab demikian, maka pengirim
pesan singkat itu yakin bahwa yang menerima pesannya adalah orang yang tepat,
bukan istri atau anaknya apalagi orang lain. Barulah setelah itu, orang
tersebut akan mengirimkan instruksinya yang dibubuhi dengan kode tertentu tadi.
Itu untuk meyakinkan dirinya sebagai penerima pesan bahwa pesan itu sah berasal
dari orang yang tepat. Seperti halnya dengan pesan yang barusan dia terima.
Dia berjalan ke lokasi yang dia yakini
sebagai tempat yang ditunjukkan dalam pesan itu. Ia menoleh ke kanan dan ke
kiri, memastikan tidak ada orang yang mengamatinya. Tangannya merogoh ke bawah
rak. Ujung jarinya menyentuh sesuatu, seperti kertas sampul yang tebal. Benda
itu ditempel dengan sebuah lakban, cukup kuat tapi dengan mudah bisa ia
lepaskan dari tempatnya.
Segera setelah benda itu berada di
tangannya, ia selipkan benda itu ke saku belakang celananya. Ia mengambil
beberapa botol soft drink, lalu berjalan menuju kasir dan membayar harga
minumannya. Ia lalu mengendarai mobilnya menuju ke luar kota, dan berhenti pada
sebuah pompa bensin. Ia meminta tanki mobilnya diisi penuh.
Sementara petugas SPBU menjalankan
tugasnya, ia buka benda yang tadi diambilnya di toko swalayan. Kertas sampul
itu dirobeknya. Di dalamnya ia menemukan tiga ikat uang pecahan seratus ribuan
yang nominalnya berjumlah tiga puluh juta. Jangan pakai uang baru, pesannya
waktu ia meminta panjar. Nomor serinya gampang terlacak. Ia juga mendapati
secarik kertas yang berisi tulisan: Selasa 12 Maret, perkiraan waktu 4.50 di
Kilometer 60. Ia simpan pesan itu baik-baik di kepalanya. Dihapalkan dengan
lirih sampai ia yakin ia tidak akan salah mengartikan pesan itu.
Ia lipat kertas itu kecil-kecil, bersiap
untuk memusnahkannya. Namun petugas SPBU mengagetkannya dengan mengatakan bahwa
Tanki mobilnya sudah penuh dan ia harus membayar harganya. Ia rogoh saku
celananya dan mengeluarkan dua lembar pecahan seratus ribuan yang kemudian ia
sodorkan kepada petugas tersebut.
Petugas itu mengingatkannya bahwa uangnya
kurang dua puluh lima ribu, ia buru-buru minta maaf dan mengaku tidak
memperhatikan angka yang tertera di pompa bensin. Ia rogoh saku celananya
mencari pecahan yang lebih kecil. Cukup banyak saku yang dia rogoh sebelum
akhirnya ia menemukan tiga lembar pecahan sepuluh ribuan di laci dashboard.
“Ambil kembaliannya.”
Usai membayar sisa harga BBMnya, mobil
itu kemudian meluncur meninggalkan SPBU itu dan membelah jalan raya. Ia
menelpon seseorang, menyebutkan waktu dan tempat kumpul. Ia hubungi seseorang
yang lain, ia juga menyebutkan waktu dan tempat kumpul. Enam orang seluruhnya
dia hubungi dengan bunyi yang sama. Ia lalu memencet sebuah nomor lain dan
menyebutkan hari dan tanggal seperti yang tertera di pesan singkat yang
tertulis itu. seorang wanita di ujung telpon menyahut dengan nada genit.
Tiba-tiba ia ingat lembaran kertas yang tadi
sudah dilipatnya kecil-kecil dan hendak dimusnahkannya. Ia menghentikan
mobilnya dan mencari ke seluruh celah-celah tempat duduk. Tapi kertas itu tidak
ditemukannya. Ia keluar dari mobil dan berusaha mencari di seluruh sakunya,
kertas itu tetap tidak ia temukan. Ia menyumpah serapahi dirinya sendiri yang
begitu ceroboh. Namun demi mengingat isi pesan itu, ia menenangkan diri dan
meyakinkan diri bahwa kertas itu tidak akan berarti apa-apa bagi orang lain.
Lagipula, jika ia kembali dan mencari kertas itu ke SPBU, itu justru akan lebih
menarik perhatian. Sudahlah.
Sementara itu, petugas SPBU yang
ditempati si pria kekar membeli BBM, melihat sesuatu yang tercecer dari
pengemudi mobil yang barusan pergi itu. Ia pungut benda itu. yang ternyata
adalah secarik kertas terlipat yang kemudian dibukanya lalu dibaca isinya. Hanya deretan tulisan tentang waktu. Bukan
sesuatu yang penting, pikirnya. Ia bermaksud membuang kertas itu, ketika
tiba-tiba ia menyadari bahwa angka-angka yang tertera di atas kertas itu
memiliki keunikan. Satu dua tiga empat lima puluh enam puluh. Diulang-ulangnya
kalimat itu dan mengagumi kombinasinya yang indah. Ia lalu menyimpan kertas itu
di dompetnya dengan harapan, suatu saat ia bisa mendapatkan keuntungan dari
angka-angka yang unik itu.
No comments:
Post a Comment