Sudah tiga bulan berlalu sejak pelantikan
dan pengambilan sumpah Imran dan Sufri sebagai Bupati dan Wakil Bupati.
Perubahan nyata terlah terjadi pada berbagai aspek pemerintahan. Jumlah
perangkat daerah yang diciutkan bekerja maksimal mengejar target yang
dibebankan kepada mereka.
Imran dan Sufri tampil sebagai
dwitunggal yang solid. Imran lebih konsentrasi mengurus investor, membangun
jaringan dengan dunia usaha yang memang merupakan lingkungan yang lebih
dikenalnya. Promosi investasi yang gencar, ditambah dengan pencitraan sebagai
daerah tanpa pungli, menjadikan daerah ini sebagai salah satu tujuan investasi
yang menjanjikan.
Urusan pemerintahan menjadi domain
Sufri. Hampir tidak ada perangkat daerah yang lolos dari pengamatan dan
pengawasannya. Setiap kelemahan yang dia temukan disampaikan secara lugas.
Kadang tanpa belas kasihan. Waktu kita terbatas. Kita dikejar tenggat. Tidak
ada waktu untuk bersantai. Ikuti arus atau menyingkir.
Jalannya pemerintahan yang dinakhodai
kedua orang itu berhasil meningkatkan etos kerja pegawai pada semua tingkatan. Persaingan
sehat dengan hanya mempekerjakan yang terbaik membuat para pegawai berlomba
meningkatkan kapasitas diri. Imran dan Sufri hanya mengenal Sekretaris Daerah
dan kepala perangkat daerah. Eselon di bawah mereka adalah urusan pimpinan
mereka masing-masing. Bangun tim kalian, dengan orang-orang kualified yang
kalian butuhkan. Tidak ada toleransi bagi pegawai yang malas, bodoh dan tidak
terampil.
Jika ada di antara mereka yang tidak
bekerja dengan baik, singkirkan. Lalu cari orang lain yang mau bekerja. Segera
setelah pengisian jabatan yang diseleksi sendiri oleh pimpinan perangkat
daerah, banyak pegawai yang kemudian tersingkir dari jabatannya, karena selama
ini, mereka memang hanya berlindung di balik nota boss.
Proyek-proyek APBD yang dulunya
dilelang tapi dengan berbagai pengaturan yang bernuansa bagi-bagi keuntungan
sekarang sudah tidak terjadi lagi. Pelelangan dilakukan secara on line berbasis
web yang memutus rantai perselingkuhan antara pengguna anggaran, pejabat
pengadaan dengan rekanan. Kualitas proyek adalah prioritas nomor satu. Jika
anda merasa berhemat karena memilih penawaran yang berbudget rendah tapi
kualitasnya rendah, anda salah, karena hanya dengan tambahan sebesar dua puluh
lima persen dari angka itu, daya tahan proyek bisa dua kali lipat.
Penggunaan kertas sebagai media
komunikasi juga dibatasi seminimal mungkin. Setiap kepala perangkat daerah
harus memiliki alamat surel di mana setiap informasi dari Imran dan Sufri dialamatkan.
Undangan pertemuan, petunjuk teknis, petunjuk pelaksanaan, surat edaran,
disampaikan dalam bentuk surel. Demikian pula dengan laporan kegiatan
masing-masing perangkat daerah kepada Bupati harus menggunakan media surel.
Kalau tidak bisa menggunakan surel, sebaiknya anda mengundurkan diri.
Pertemuan juga dikurangi hingga
mencapai angka yang sangat minimal. Buat apa bertemu kalau setelah itu kita
tidak mematuhi hasilnya. Lebih baik diskusi dilakukan melalui telekonferensi.
Tidak ada yang meninggalkan kantor, tapi koordinasi bisa tetap berjalan.
Acara-acara seremonial di kecamatan
dan di desa diminimalkan. Bahkan cenderung dihilangkan. Lebih baik gunakan
waktu dan uang yang ada untuk kegiatan yang lebih bermanfaat. Bupati dan Wakil
Bupati tidak perlu dijamu. Anggaran makan minum di APBD untuk Bupati dan Wakil
Bupati cukup untuk menghidupi mereka sekeluarga bahkan untuk kerabat dekat.
Itupun masih harus dirasionalkan.
Pemerintah adalah pengabdian kolektif
terhadap masyarakat. Mari kita wakafkan diri kita kepada masyarakat. Jangan
cari kekayaan, karena kekayaan tidak bisa berdampingan dengan kekuasaan. Jika engkau
kaya karena berkuasa, berarti engkau gunakan kekuasaanmu untuk meraup kekayaan.
Dan itu berarti pelanggaran.
No comments:
Post a Comment