Ruang pola kantor bupati itu
berukuran cukup luas. Dua puluh lima kali empat puluh empat meter. Terletak di
lantai dua. Bagian depannya berbentuk panggung dengan lantai yang ditinggikan
sekitar empat puluh centimeter dari bagian lantai lainnya. Di bagian itu sebuah
meja sepanjang dua belas meter
dipasang memanjang dengan kursi-kursi mewah berjok tebal dan bersandaran
tinggi. Di belakang kursi, ada dua buah pintu yang ditempatkan masing-masing di
sisi kiri dan kanan, sekilas tidak terlihat dari depan karena ditutup dengan
cerdik oleh sekat yang tinggi. Kedua pintu itu terhubung langsung dengan ruang
kerja Bupati dan ruang kerja wakil Bupati.
Sejak jam delapan pagi, ruangan itu
sudah dipenuhi oleh pengunjung yang umumnya terdiri atas pegawai negeri. Mereka
datang berbondong-bondong ke ruang pola karena mengetahui bahwa pada hari itu
akan berlangsung mutasi jabatan terhadap sejumlah kepala perangkat daerah.
Ini mutasi pertama dari Bupati dan
Wakil Bupati baru. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, mutasi-mutasi
selanjutnya akan berlangsung secara beruntun hingga seluruh tim sukses dan
seluruh penyandang dana pemilu telah menduduki jabatan yang diidam-idamkannya.
Begitulah yang biasanya terjadi,
dan kira-kira ini tidak akan berbeda jauh, begitulah yang ada di kepala
sebagian besar pegawai yang hadir.
Ruangan yang berkapasitas empat ratus
orang itu penuh sesak. Bahkan ada yang tidak mendapat tempat duduk. Tapi di
luar ruangan gelombang pengunjung masih terus berdatangan bagaikan tsunami.
Panitia sudah tidak bisa membedakan, mana pegawai yang diundang secara resmi
dan mana yang hanya sekedar datang untuk menonton. Sehingga kotak snack yang
sedianya akan segera dibagikan, disimpan kembali. Nanti dibagikan kalau sudah
banyak yang pulang, kata salah seorang pejabat dari kepegawaian.
Di antara hadirin yang membludak itu,
terdapat enam belas orang yang berpakaian resmi berupa stelan jas, berdasi dan
kopiah hitam. Mereka duduk di deretan paling depan. Ada juga seorang lainnya
yang memakai toga yang bertindak sebagai rohaniwan. Keenam belas orang itulah
yang akan diambil sumpahnya dan dilantik oleh Bupati sebagai kepala-kepala
perangkat daerah yang baru.
Berdasarkan hasil seleksi dan
wawancara yang telah dilakukan oleh Imran dan Sufri beberapa waktu yang lalu, orang-orang itu sudah diplot sesuai
dengan keahlian dan pengetahuannya pada posisi tertentu, dan sudah menanda tangani
pakta integritas, bahwa mereka akan melaksanakan tugas berdasarkan visi dan
misi bupati. Sehingga pada saat mereka
secara resmi telah menduduki jabatan yang dipercayakan kepada mereka,
mereka sepenuhnya akan membantu Bupati dan Wakil Bupati.
Memang, dari enam belas nama itu, ada
juga beberapa orang yang sebelumnya merupakan orang dekat mantan Bupati. Tetapi
Imran menegaskan bahwa ia tidak pandang bulu. Penempatan pejabat ini murni
karena pertimbangan kompetensi dan keahlian. Siapapun yang memiliki kemampuan
yang dibutuhkan Imran dan Sufri, pasti akan terakomodir dalam ‘kabinet’nya.
Prosesi pengambilan sumpah dan
pelantikan itu berlangsung khidmat. Diawali dengan lagu Indonesia Raya,
pembacaan Surat Keputusan Bupati yang menyebutkan nama dan jabatan baru yang
dipercayakan kepada setiap orang.
Usai pelantikan, kepada orang-orang
yang sudah dilantiknya, Imran memerintahkan untuk selalu berkonsultasi dengan
Wakil Bupati dalam pelaksanaan tugasnya. Wakil
Bupati adalah tangan kanan saya, kata Imran. Sejatinya, saya tidak akan bisa berbuat apa-apa tanpa wakil bupati.
“Setelah pelantikan ini,” lanjut
Imran, “segera pelajari RPJMD yang juga sudah disahkan oleh DPRD kemarin, untuk
selanjutnya dipedomani sesuai bidang tugas saudara masing-masing.”
“Segera setelah pelantikan ini, anda
semua akan dipandu oleh Wakil Bupati untuk melakukan revisi terhadap APBD tahun
ini. Gunakan akal sehat dalam menganggarkan setiap kegiatan. Pikirkan rakyat
yang memberi anda gaji dan kemewahan.” Imran menuntaskan pengarahannya.
Prosesi pengambilan sumpah dan
pelantikan itu diakhiri dengan pembacaan do’a dan pemberian ucapan selamat.
Pejabat-pejabat yang sudah dilantik itu berdiri berjejer di tengah ruangan,
didampingi oleh istri masing-masing menerima ucapan selamat dari Bupati, Wakil
Bupati dan para unsur Muspida, dilanjutkan dengan hadirin yang lain. Tidak
banyak yang tertawa sumringah, karena sekarang mereka paham bahwa jabatan yang
mereka emban adalah amanah yang harus mereka pertanggung jawabkan kepada Imran
dan Sufri, selaku orang yang mendapat mandat dari rakyat. Jabatan adalah beban, kata Sufri dulu, waktu wawancara.
Segera sesudah semua acara itu
tuntas, Sufri memerintahkan keenam belas orang itu menuju ke sebuah ruangan
lain untuk melanjutkan agenda yang sudah direncanakan untuk hari itu.
No comments:
Post a Comment